Sehubungan dengan peristiwa viral baru-baru ini terkait seorang pekerja migran asal Indonesia yang melahirkan di Taiwan, Serikat Buruh Industri Perawatan Taiwan (SBIPT) ingin mengajak masyarakat untuk memahami kesulitan yang dihadapi oleh pekerja migran dan menekankan beberapa poin penting berikut:
𝗞𝗲𝘀𝘂𝗹𝗶𝘁𝗮𝗻 𝗘𝗸𝗼𝗻𝗼𝗺𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗗𝗶𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽𝗶 𝗣𝗲𝗸𝗲𝗿𝗷𝗮 𝗠𝗶𝗴𝗿𝗮𝗻
Sebagian besar pekerja migran datang ke Taiwan bukan atas dasar pilihan bebas, melainkan karena terjebak dalam utang besar di bank.Sebelum berangkat ke Taiwan, mereka biasanya harus membayar biaya agen yang sangat tinggi, yang memaksa mereka untuk berutang.Baik dalam kondisi hamil maupun masalah kesehatan lainnya, mereka sering kali tidak bisa berhenti bekerja, karena itu akan membuat mereka tidak bisa melunasi utang yang sangat besar tersebut.Utang ini sering kali mencapai jumlah yang sangat tinggi, bahkan bisa mencapai 40 juta rupiah (sekitar 80 ribu NTD). Masalah overcharging oleh agen sudah menjadi masalah struktural yang terus menghantui kehidupan para pekerja migran.
𝗧𝗮𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗣𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗠𝗲𝗹𝗮𝗵𝗶𝗿𝗸𝗮𝗻
Pekerja migran yang baru berada di Taiwan selama lima bulan ini sudah dalam keadaan hamil ketika berangkat dari Indonesia.Bersama suaminya, ia mencurigai kehamilannya, tetapi karena keterbatasan bahasa, ia tidak bisa berkomunikasi dengan majikan untuk menyampaikan keinginannya ke rumah sakit. Kesulitan komunikasi ini adalah masalah umum yang dihadapi oleh banyak pekerja migran, terutama yang tidak fasih berbahasa Mandarin.Melahirkan tanpa bantuan tenaga medis menunjukkan betapa beratnya tekanan yang dihadapi oleh pekerja migran ini, yang merasa sangat terisolasi.
𝗞𝗲𝗸𝘂𝗿𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗥𝘂𝗮𝗻𝗴 𝗣𝗿𝗶𝘃𝗮𝘀𝗶 𝗯𝗮𝗴𝗶 𝗣𝗥𝗧
Kami menyadari bahwa dalam insiden ini, majikan menyebarkan video kelahiran pekerja perawat migran tersebut ke jaringan internet. Ini bukan hanya merupakan pelanggaran serius terhadap privasi pekerja migran tersebut, tetapi juga menunjukkan realita bahwa para pekerja perawat migran di rumah majikan seringkali kekurangan ruang privasi yang layak.Setiap pekerja berhak atas hak asasi manusia dan privasi dasar, terlebih lagi dalam situasi yang sangat sensitif dan pribadi seperti proses melahirkan.Majikan seharusnya menghormati martabat dan privasi pekerjanya dalam momen-momen pribadi seperti ini.Insiden ini menyoroti kondisi pekerja perawat migran yang berada dalam posisi tidak terlindungi di rumah majikan.
𝗠𝗲𝗹𝗮𝘄𝗮𝗻 𝗗𝗶𝘀𝗸𝗿𝗶𝗺𝗶𝗻𝗮𝘀𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗠𝗲𝗺𝗮𝗵𝗮𝗺𝗶 𝗠𝗮𝘀𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗦𝘁𝗿𝘂𝗸𝘁𝘂𝗿𝗮𝗹
Kehamilan adalah hak biologis dasar bagi setiap perempuan, dan tuntutan pemeriksaan kehamilan wajib dari majikan maupun pemerintah adalah tindakan yang tidak adil.Sistem asuransi kesehatan nasional Taiwan adalah hak bagi semua orang yang tinggal dan bekerja di Taiwan, termasuk pekerja migran.Meminta pekerja migran untuk tidak menggunakan asuransi kesehatan dan membeli asuransi pribadi hanya akan memperburuk beban ekonomi yang sudah berat.
Kebijakan ini tidak hanya mengabaikan kesehatan pekerja migran tetapi juga memperkuat marginalisasi mereka dalam sistem sosial.Pemerintah seharusnya menangani masalah mendasar dalam sistem agen tenaga kerja, bukannya memberlakukan aturan yang tidak adil yang hanya memindahkan tanggung jawab kepada pekerja migran.Kami kembali menyerukan agar Taiwan menjadi masyarakat yang menghormati hak-hak pekerja dan hak asasi manusia, bukannya menggunakan pembatasan dan diskriminasi untuk memperlakukan pekerja migran. SBIPT meminta semua pihak yang peduli dengan masalah ini untuk menunjukkan empati dan memahami kesulitan yang dihadapi pekerja migran serta bersama-sama menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil dan inklusif bagi mereka.
SBIPT Berdaya, Sejahtera, Terlindungi
Serikat Buruh Industri Perawatan Taiwan